Terciptanya masyarakat yang baik tidak terlepas dari jasa pemimpin. Apabila pemimpin dengan kekuasaannya membiarkan masyarakat hilang arah akidah, maka sesat sudah suatu negara. Kutipan tersebut disampaikan narasumber Halaqah Tarjih, Dr. Saiful Bahri, Lc. M.A., di Masjid At-Taqwa Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Jumat, (25/08/2023).

Baca juga : LPP-AIK UMJ Ingatkan Sifat Sombong Melalui Surah Muhammad Ayat 20

Isu pemimpin dan kekuasaan tidak terlepas dari bagaimana agama Islam memandang kedua hal tersebut. Topik inilah yang diangkat Lembaga Pengkajian dan Penerapan Al-Islam Kemuhammadiyahan (LPP-AIK) UMJ dalam kajian yang mengusung tema Kepemimpinan Indonesia Masa Depan Tinjauan Tarjih Muhammadiyah dan Ilmu Politik.

Ketua MTT PWM DKI Jakarta sekaligus dosen Pasca Sarjana UMJ, Dr. Saiful Bahri, Lc. M.A., mengupas tuntas bagaimana kepemimpinan yang telah tertuang dalam Al-Quran. Salah satunya perihal Ummatan Wasathan atau umat yang dikenal dengan tenang, adil, dan unggul.

Menciptakan Ummatan Wasathan akan membentuk management yang baik di lingkungan masyarakat. Saiful bercerita bagaimana dulu Rasul diturunkan di kota yang jauh dari akidah dan penduduknya buta aksara. Namun Rasul mengubah semua itu dengan membangun peradaban yang maju.

“Kehadiran seorang pemimpin harus dinamis. Salah satu syaratnya dengan menghadirkan Rasulullah SAW sebagai motivasi dan spirit di tengah masyarakat. Dan inilah bentuk management yang kuat, yaitu selalu menghadirkan Rasul di kehidupan masyarakat,” ujar Saiful.

Pada kesempatan yang sama, narasumber kedua yaitu dosen FISIP UMJ, Dr. Sri Yunanto, Ph.D., menjelaskan tentang kepemimpinan di Indonesia pada masa yang akan datang. Pemimpin adalah orang yang dapat mempengaruhi anak buah atau rakyat untuk suatu tujuan. Keberhasilan suatu pemimpin adalah ketika ia bisa membawa rakyat pada tujuan tersebut.

“Kepemimpinan lahir dari suatu situasi tertentu. Kalau ada yang tidak kita suka, tapi di situasi tersebut kita harus tetap memilih salah satu, maka kita harus terima. Oleh karena itu, siapa pun pemimpinnya, bagaimana karakternya, dan kompetesinnya, kalau sudah resmi menjadi pemimpin bangsa maka harus tunduk pada tujuan negara,” tutur Yunanto.

Tidak ada pemimpin yang sempurna. Namun tidak ada juga pemimpin yang gagal complete. Untuk menyikapi pemilihan umum di tahun 2024, Yunanto memberi saran agar masyarakat mengenali kapasitas, kapabilitas, kemantapan, kesanggupan, dan terakhir kepribadian dari pemimpin yang dipilih.

Selain itu, Yunanto juga membicarakan strategi politik dari organisasi Muhammadiyah yang terus mendukung semua kader Muhammadiyah dalam pemilu 2024. “Selama visi misinya sejalan dengan Muhammadiyah. Muhammadiyah sudah terbukti mendidik kader untuk melanjutkan amal usaha Muhammadiyah di seluruh daerah,” ujar Yunanto.

Acara Halaqah Tarjih dibuka dengan sambutan dari Ketua LPP-AIK UMJ, Drs. Fakhurazi, MA., dengan dihadiri oleh sejumlah jamaah dari sivitas akademika UMJ.

Editor : Tria Patrianti


29