Mendalo,- Drs. Syahrial, M.Ed., Ph.D. dosen FKIP Prodi PGSD ditetapkan sebagai Guru Besar dalam bidang ilmu Metodologi Pembelajaran Sekolah Dasar, dengan angka kredit 904. Hal itu berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor NOMOR 38881/M/07/2023 tentang Kenaikan Jabatan Akademik/Fungsional Dosen terhitug tanggal 1Juni 2023. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 2 Agustus 2023 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Republik Indonesia Nadiem Anwar Makarim.

Lahir di Air Batu, pada 31 Desember 1964. Syahrial menempuh pendidikannya S1 di IKIP Padang dengan bidang Pendidikan Bahasa Inggris pada tahun 1984-1989, ia melanjutkan pendidikan S2 di Deakin College Australia dengan bidang Literacy Training (Pendidikan Dasar) pada tahun 1995-1996, dan melanjutkan S3 di Australian Catholic College Australia dengan bidang Fundamental Training (Pendidikan Dasar) pada tahun 2011-2015.

“Sejak SMA saya sering mendapatkan peringkat pertama. Hingga saya melanjutkan pendidikan perkuliahan dari S1-S3 semuanya dibiayai oleh pemerintah. S1 beasiswa ADB, S2-S3 beasiswa dari Dikti,” ungkapnya.

Karya yang paling berkesan bagian akademik adalah menciptakan teori pendidikan baru yang bernama Ethnocontrucsivism.

“2017 saya mulai mengadakan penelitian untuk profesor, terutama penelitian saya tentang teori pembelajaran Ethnocontrucsivism. Jadi saya gabung dengan budaya Indonesia, karena Indonesia sangat kaya akan budaya, baik yang berhubungan dengan pendidikan maupun yang tidak berhubungan dengan pendidikan. Yang berhubungan dengan pendidikan pun sangat banyak sehingga saya gunakanlah ide ini untuk menggabungkan teori construcsivisim dengan kebudayaan Indonesia dan saya namakan Ethnocontrucsivism., saya juga menghasilkan lebih dari enam puluh artikel berskala internasional dan nasional,”

Ia mengungkapkan harapannya terhadap mahasiswa yang sedang melanjutkan pendidikan untuk lebih banyak membaca.

“Tentunya mahasiswa harus rajin, belajar, membaca, gunakan segala fasilitas untuk membaca, kalau tidak membaca maka kita tidak tahu perkembangan pendidikan terutama apa-apa yang mau kita geluti, kita harus mempunyai sesuatu pendalaman yang khas untuk kita jadi kita harus banyak membaca penelitian luar negeri maupun dalam negeri,’tutupnya.

Silvia Yuliansari Asril / Welsa / HUMAS
Foto: Juwita


Publish Views: 54