[Kanal Media Unpad] Barista saat ini menjadi profesi keren bagi anak muda. Namun, untuk menjadi seorang ahli membuat minuman kopi tidak cukup hanya mengandalkan renjana (passion) dan kemampuan meracik kopi. Untuk diakui kemampuannya, barista ataupun calon barista harus mengikuti sertifikasi kompetensi di bidang tersebut.

Hal tersebut menjadi dasar bagi Dosen Program Studi Teknologi Industri Kimia (TIK) Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran Dr. Muhammad Fadhlillah, M.Si. Selain menjadi dosen, Fadhlil memiliki sertifikasi keahlian sebagai barista. Tidak sekadar mengejar sebagai seorang barista profesional, sertifikasi tersebut menjadi dasar untuk mengajarkan kemampuan meracik kopi kepada mahasiswanya.

Sebagai program studi Sarjana Terapan, salah satu peminatan di Prodi TIK FMIPA Unpad adalah Bioteknologi Pangan yang berfokus pada fermentasi pangan olahan. Di bidang ini, materi peracikan cokelat dan kopi menjadi salah satu materi yang diajarkan ke mahasiswa. Praktis, materi ini tidak hanya mengandalkan kemampuan teori, tetapi juga perlu penguatan di bidang praktiknya.

“Riset dan peminatan Prodi TIK kita arahkan ke fermentasi makanan yang bisa dikomersialisasi. Kita arahkan untuk menjadi produk yang siap dikomersialisasi,” tutur Fadhlil.

Dr. Muhammad Fadhlillah, M.Si., saat meracik kopi dengan metode natural. (Foto: Dadan Triawan)*

Fadhlil sendiri mengikuti sertifikasi barista di Balai Pelatihan Kerja Kementerian Tenaga Kerja RI di Lembang pada 23 Mei – 17 Juni2022 lalu. Di sana, ia diberikan materi mengenai pengenalan jenis-jenis kopi, kunjungan ke kebun kopi, melihat fisik biji kopi, hingga membedakan antara biji kopi robusta dan arabika.

Selain itu, Fadhlil diperlihatkan mengenai proses fermentasi kopi hingga pelatihan meracik kopi, mulai dari meracik manual hingga espresso based yang menghasilkan produk turunan dari kopi. Terakhir, ia mengikuti uji kompetensi. Hasilnya, Fadhlil lulus pelatihan dan layak mendapatkan sertifikat kompetensi barista.

Dari mempelajari proses fermentasi kopi inilah Fadhlil kemudian menyukai jenis kopi yang difermentasi dengan metode honey dibandingkan metode full wash, semi wash, atau wine. “Honey rasanya lebih fruity, lebih kaya rasa. Dan after taste di lidah clean tidak meninggalkan sisa rasa apa-apa,” imbuhnya.

Sertifikasi itu Penting

Memperoleh sertifikat sebagai seorang barista menjadi modal kuat bagi Fadhlil untuk mengajarkan keahliannya kepada mahasiswa. “Kalau mengajari itu tidak asal teori saja, tetapi harus bisa ajarkan praktiknya,” sambung Fadhlil.

Proses pengajaran ini didukung penuh pihak fakultas dengan membuka kafe yang bertajuk “MIPA Corner”. Namun, tidak sembarang kafe yang dibuka, karena kafe ini juga menjadi laboratorium bagi mahasiswa TIK Unpad.

Di dalam kafe tersebut, selain memiliki area peracikan kopi juga memiliki dapur terbuka untuk membuat poduk bakery, fermentasi air susu, dan pangan olahan fermentasi lainnya. Fasilitas ini merupakan laboratorium bagi mahasiswa untuk mempraktikkan materi yang diajarkan, sehingga praktikum yang dilakukan betul-betul menghasilkan produk yang siap dikomersialkan.

Produk berupa kopi, cokelat, bakery, fermentasi air susu, dan pangan olahan fermentasi lainnya tersebut dijual dengan harga yang cukup terjangkau bagi mahasiswa.

Fadhlil menilai, sertifikasi kompetensi itu penting dimiliki oleh seseorang yang memiliki passion sebagai barista. Apalagi saat ini, tren kedai kopi tengah menjamur di Indonesia. Tidak hanya kafe berskala besar, kedai-kedai kopi juga mudah dijumpai di gang kecil.

“Potensi kedai kopi ini kuat, selain buat nongkrong, kedai kopi juga menjadi semacam relaksasi bagi pengunjungnya. Kopi itu mampu memberikan suasana hangat,” kata Fadhlil.

Melihat potensi bisnis kopi yang baik, banyak anak muda yang ngebet ingin menjadi barista. Karena itu, bagi yang ingin menjadi barista profesional, Fadhlil mendorong untuk mengikuti sertifikasi kompetensi.

 “Teman-teman bisa kejar passion-nya, ikut pelatihan, kejar sertifikasinya. Ini jadi kunci alternatif kalau teman-teman belum dapat kerja formal,” ujar Fadhlil yang mendorong Unpad membuka sertifikasi kompetensi di bidang barista.

Tantangan

Makin banyak bisnis kopi, makin banyak profesi barista, makin tinggi pula persaingan dalam bisnis kopi. Untuk itu, Fadhlil mengingatkan barista harus kreatif dalam mengembangkan produk akhir kopinya.

“Barista harus punya kekhasan dalam meracik kopinya. Kemudian juga bagaimana mengembangkan produk turunannya. Persaingan di dunia perkopian itu tinggi, sehingga suatu kedai kopi harus punya signature-nya agar pelanggan mau datang,” paparnya.

Selain mampu menyajikan kopi dengan cita rasa khas, barista harus paham karakter kopi. Tiap jenis kopi memiliki metode peracikan yang berbeda, sehingga seorang barista harus tahu metode apa yang tepat digunakan untuk meracik jenis kopi tertentu.

Kemampuan lain yang perlu dimiliki barista adalah kemampuan interpersonal. Fadhlil menjelaskan, barista harus mengenali karakter pelanggan. Bagi pelanggan yang menyukai kopi, perlakuan yang diberikan juga harus sesuai. Sementara bagi yang awam tentang kopi, barista harus melakukan pendekatan agar produk yang disajikan sesuai dengan karakter dan lidah pelanggannya.

“Kemampuan-kemampuan ini yang diberikan dalam pelatihan sertifikasi. Tidak hanya hard skill, tetapi interpersonal skill-nya juga diajari,” tutup Fadhlil.*