[Kanal Media Unpad] Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran berhasil menjadi juara umum pada perlombaan “Soil Judging Contest” dalam rangka perayaan “World Soil Day” yang diselenggarakan Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Kementerian Pertanian RI di Bogor, 4 – 6 Desember 2022 lalu.

Tim mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Keprofesian Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan (Himatan) Faperta Unpad berhasil menyabet sejumlah juara, yaitu: juara I “Soil Judging Contest”, juara II lomba vlog, serta juara III dan juara harapan III lomba TikTok. Atas prestasi ini, mahasiswa berhasil membawa pulang piala bergilir “Soepraptohardjo Cup”.

Ajang “Soil Judging Contest” merupakan kompetisi mengidentifikasi morfologi tanah yang bertujuan untuk klasifikasi tanah serta interpretasi kesesuaian lahan pada suatu space secara cepat dan tepat dalam waktu 30 menit. Pada perlombaan tersebut, Himatan Unpad mengirimkan dua tim yang beranggotakan M. Aditya Pratama, Verita Kristi, Anna Sofiani, Adisty Rana Jasmine, Puja Sindi Aulia, dan Sifa Denisa Monica.

Saat lomba berlangsung, setiap anggota memiliki perannya. Adisty dan Adit bertugas menentukan sifat fisika tanah yang meliputi strukur dan ukuran, tekstur, konsistensi lembap dan basah, batas horison, serta kedalaman tiap horizon tanah.

Sifa dan Anna bertugas menentukan sifat kimia tanah yang meliputi warna tanah dan kadar pH tanah tiap horizon, menentukan dan ketinggian tempat menggunakan GPS, menentukan kemiringan lereng menggunakan abney degree, serta melakukan interpretasi kesesuaian lahan berdasarkan knowledge sekunder yang tersedia, seperti knowledge curah hujan, temperatur, dan lain-lain untuk melihat faktor penghambat pada komoditas padi sawah tadah hujan, cabai merah, dan karet.

Sementara Puja dan Verita saat perlombaan adalah menulis hasil identifikasi sifat morfologi tanah serta hasil interpretasi kesesuaian lahan pada borang.

“Setelah mengidentifikasi morfologi tanah, kami berdiskusi untuk menentukan ordo tanah pada space tersebut berdasarkan klasifikasi tanah nasional, soil taxonomy, dan WRB,” tutur Adisty.

Adisty menjelaskan, persiapan untuk mengikuti perlombaan ini dilakukan selama kurang lebih empat bulan. Latihan intens dilakukan secara langsung pada profil tanah yang tersedia di lapangan, mempelajari informasi knowledge sekunder wilayah perlombaan, serta mempelajari penentuan kesesuaian lahan.

Saat lomba, tim sempat menghadapi kendala berupa kesulitan dalam menentukan batas horizon karena terbatasnya sinar matahari yang masuk ke dalam profil tanah pada kedalaman 1,8 meter.

“Harapan kami atas prestasi yang telah diraih adalah kami mampu untuk mempertahankan kemenangan dalam perlombaan berikutnya dan dapat memotivasi adik tingkat kami dalam mengikuti perlombaan ini,” kata Adisty.*