Kecepatan perkembangan teknologi informasi perlu disertai dengan kemampuan melakukan pengamanan atau mitigasi keamanan siber (cyber safety). Hal tersebut disampaikan oleh Operation & Digital Director PT Financial institution Muamalat Indonesia Tbk. Ir. Wahyu Avianto, MM., dalam Kuliah Umum Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Jakarta, Selasa (13/06/2023).

Baca juga : FEB UMJ Hadirkan Pakar Digital Advertising and marketing dari ADPU India

Ketua Pelaksana Kuliah Umum Januar Taufan menerangkan bahwa tema diusung berdasarkan information yang menunjukkan bahwa dunia perbankan sangat rentan terhadap cyber crime. Hal tersebut dikonfirmasi Wahyu saat menyampaikan kuliah bahwa perbankan merupakan industri dengan serangan siber paling tinggi diikuti oleh telekomunikasi, transportasi, pemerintah, dan penegak hukum.

Serangan siber terhadap industri keuangan rata-rata 2000 serangan siber setiap bulannya. “Ini tidak terbatas pada keuangan syariah atau konvensional. “Baik keuangan konvensional maupun syariah, ancaman dan tantangan sibernya sama,” katanya.

Dr. Ma’mun Murod, M.Si., Dr. Luqman Hakim, SE.,Ak., MM., . Ir. Wahyu Avianto, MM., Dr. Nuraeni, S.E., M.M., Hairul Triwarti, S.E., Ak., M.M., Ketua Prodi, dosen, dan tim Financial institution Muamalat, saat Kuliah Umum di Aula FEB, Selasa (13/06/2023).

Penggunaan e mail, password yang lemah, software program patch, dan penggunaan koneksi adalah beberapa celah yang digunakan kejahatan siber. Menurut Wahyu, kecepatan perkembangan teknologi perlu diimbangi dengan kemampuan mitigasi khususnya bagi organisasi atau pelaku industri. “Dalam hal mitigasi sedikit agak terlambat dari kecepatan perkembangannya,” ungkap Wahyu.

Pada kesempatan tersebut Wahyu menjelaskan mitigasi dapat dilakukan dengan mengadopsi framework untuk meningkatkan keamanan siber yang dirancang oleh Nationwide Institute of Requirements and Expertise (NIST). Terdapat lima langkah dalam framework yaitu identifikasi aset, proteksi aset, deteksi aktivitas anomali, respon dengan melakukan tindakan tepat ketika ada masalah, dan restoration sebagai pemulihan terhadap serangan akibat kejahatan siber.

Kuliah Umum yang digelar di Aula FEB UMJ ini mengusung tema Ancaman Cyber Crime dan Tantangan Cyber Safety Perbankan Syariah di Indonesia. Rektor UMJ Dr. Ma’mun Murod, M.Si., menyambut baik dan membuka acara secara resmi. Menurutnya tema tersebut penting karena menyangkut keamanan informasi. Ma’mun juga membagikan pengalamannya terkait dengan kasus keamanan siber.

Ia menilai bahwa Indonesia membutuhkan orang-orang yang ahli dalam teknologi informasi khususnya keamanan siber. “Menurut saya, kalau ada orang cerdas bisa melakukan peretasan, perlu dipelihara oleh negara. Cyber safety menjadi penting. Di perbankan juga mejadi penting. Jangan sampai kalah dengan penjahat siber,” ungkapnya.

Sementara itu Dekan FEB UMJ Dr. Luqman Hakim, SE.Ak., M.Si., mengungkapkan bahwa kuliah umum tentang kejahatan siber dan keamanan siber sangat relevan, dapat menjadi bahan pembelajaran dan bermanfaat bagi mahasiswa FEB UMJ.

Saat ini keamanan siber dilakukan 24 jam tanpa henti karena dalam konteks industri keuangan, transaksi dilakukan sepanjang waktu. Apabila sistem financial institution terganggu maka akan menjadi efek domino yang berdampak pada seluruh sektor dan bidang.

Keamanan siber sangat penting khususnya bagi industri keuangan karena berkaitan dengan information dan informasi nasabah. Oleh karenanya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerapkan kebijakan bagi seluruh perbankan untuk melakukan pendeteksian secara berkala dan melaporkan hasilnya kepada OJK.

Rangkaian acara juga disertai dengan penyerahan beasiswa kepada 10 mahasiswa berprestasi dan sosialisasi program Muamalat Enlightenment Marketing campaign (MINTERIN). Sebanyak lebih dari 200 peserta hadir secara hybrid terdiri dari mahasiswa dan dosen FEB UMJ. Hadir pula Wadek I Dr. Nuraeni, S.E., M.M., Wadek I Hairul Triwarti, S.E., Ak., M.M., Ketua Prodi, dosen, dan tim Financial institution Muamalat.

Editor : Tria Patrianti


1